Datu Taniran dan Riwayat Singkat Zuriat beserta Murid-Murid Datu Taniran
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum wr. wb liburan begini menurut ulun sangat cocok kalau mau ningkatin iman dengan beribadah apalagi kalau bisa mengunjungi kediaman orang alim, kalau tidak bisa berkunjung karena banyak sebab bisa juga berkunjung ke makam orang alim, nah karena kita tidak bisa bertemu orang alim selagi beliau-beliau hidup di dunia, maka kita jangan sampai lupa untuk berziarah ke makam orang-orang alim, apalagi kalau bisa datang ke setiap haul beliau.
Untuk berziarahpun tidak banyak memakan biaya, karena kita tidak menghadiahi semacam uang atau benda kepada orang alim, berbeda saat beliau-beliau masih hidup, setidaknya saat bertamu kita memuliakan orang yang kita temui khususnya kalau bisa dihadiahi berikan hadiah. Mengapa demikian ? karena jika kita bisa meringankan atau menolong orang alim, setidaknya kita berbuat kebaikan berkali-kali lipat daripada kita berbuat semacam itu kepada orang biasa, kecuali kepada orang yang membutuhkan itu berbeda lagi ceritanya.
kalau hari ini lebih tepatnya sabtu 07 Mei 2023 atau 17 syawal 1444 H, ulun handak membagikan pengalaman ulun berziarah di Makam Wali Allah swt Datu Taniran, bagaimana perasaan ulun berziarah di Makam Datu Taniran dan sejarah singkat Datu Taniran.
Nama lengkap Datu Taniran adalah Tuan Guru H Muhammad Thaib atau Syekh H Sa’duddin bin Mufti H Muhammad As’ad bin Puan Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kelampayan).
Datu Taniran Lahir di Dalam Pagar, Martapura, sekitar tahun 1774 Masehi atau 1194 Hijriah, dan beliau meninggal 5 Shafar 1278 Hijriah atau 1858 Masehi. Beliau dimakamkan di Taniran dan terkenal dengan sebutan Kubah Taniran. Lokasi Kubah Datu Taniran berada di Desa Desa Taniran Kubah, Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Haji Muhamamd Thaib yang bergelar Haji Sa’duddn bin Haji Muhammad as’ad bin Puan Syarifah binti Al-Alimul Allamah Syekh Muhammad arsyad Al-Banjari. Beliau dilahirkan di Kampung Dalam Pagar, Martapura di tahun 1194 Hijriah yang bertepatan dengan 1774 Masehi. Beliau sempat hidup dan bertemu dengan Syekh Haji Muhammad Arsyad Al-Banjari, sebab pada tahu 1227 Hijriah ketika Sykekh Haji Muhamamd Al-Banajri wafat beliau berusia 33 tahun.
Al-Alimul Allamah Haji Muhamamd Thaib adalah seorang pejuang dan muballigh Islam yang telah menunaikan tugas dakwahnya sesuai dengan tuntutan zaman pada abad ke 13 Hijriah atau ke 19 Masehi di kawasan Hulu Sungai yang sekarang di sebut Banua Lima.
Beliau merupakan anak kelima dari 12 bersaudara dari keturunan Haji Muhammad As’ad bin Syarifah binti syekh Haji Muhammad Arsyad Al-Banjari. Adapun anak Haji Muhammad As’ad adalah :
- ‘Alimul ‘Allamah Haji Abu Thalhah. Wafat dan dimakamkan di Tenggarong, Kutai, Kalimantan Timur
- ‘Alimul ‘Allamah Haji Abu Hamid. Wafat dan dimakamkan di Ujun Pandaran, Sampit, Kalimantan Tengah.
- ‘Alimul ‘Allamah Haji Ahmad. Wafat dan dimakamkan di Balimaau, Kandangan, Kalimantan Selatan.
- ‘Alimul ‘Allamah Haji Muhamamd ARSYAD WAFAT DAN DIMAKAMKAN DI Pagatan, Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
- ‘Alimul ‘Allamah Haji Sa’duddin. Wafat dan dimakamkan di Kampung Taniran Kubah, Kandangan, Kalimantan Selatan.
- Saudah
- Rahmah
- Saidah
- Shalehah
- Sunbul
- Limir
- Afiah
Di dalam Manaqib Datu Taniran disebutkan sempat bertemu langsung Datu Kalampayan. Zuriat Syekh H Sa’duddin, H Muhammad Arsyad mengatakan Datu Taniran atau Syekh H Sa’duddin selalu berkhidmat atau mengabdikan diri kepada kakak beliau yakni Mufti H Muhammad Arsyad Pagatan.“Beliau selalu mendampingi kemana saja ketika kakaknya berdakwah”.
Datu Taniran atau Syekh H Sa’duddin sejak kecil sudah mendapat didikan agama dari ayahnya sendiri, yaitu H Mufti Muhammad As’ad (jabatan beliau dulu mufti di kerajaan Banjar), dan juga datuk serta selalu berkhidmat dan melayani kakaknya Mufti Haji Muhammad Arsyad (Mufti Lamak).
Setelah tampak pertumbuhan bakat dan kecerdasannya, terutama dalam bidang pemahaman agama Islam. Maka Saat usia 25 tahun Datu Taniran diberangkatkan ke tanah suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji serta memperdalam ilmu pengetahuan agama dengan belajar kepada guru-guru besar atau para ulama besar di kota Mekkah saat itu.
Datu Taniran dikirim ke Haramain untuk belajar agama selama 10 tahun. Namun, Datu Taniran juga banyak berguru kepada ayah dan kakak-kakaknya, seperti Datu Pagatan dan Datu Balimau.
Dikutif dari berbagai sumber, sebelum Datu Taniran, masyarakat kampung Taniran sudah dididik oleh Sayyid Hasan bin Hasyim Assegaf, yaitu ayahnya Sayyid Abu Bakr yang dikenal sebagai Habib Lumpangi di Kecamatan Loksado, HSS. Sayyid Hasan diperkirakan berdomisili di kampung Taniran sekitar pergantian abad ke-18 dan 19 Masehi atau seiring masa terakhir kehidupan Datu Kalampayan.
Sekembalinya dari Makkah, pada tahun 1812 Masehi datanglah tetuha masyarakat atau tokoh masyarakat Desa Taniran menemui orang tua Datu Taniran yaitu H Mufti Muhammad As’ad dengan maksud agar berkenan mengirim seorang guru ke Taniran guna memberikan pendidikan agama.
Mendengar hal demikian, H Mufti Muhammad As’ad selaku mufti di Kerajaan Banjar dengan senang hati mengirim anaknya yang baru datang dari Makkah. Mendengar kabar H Mufti Muhammad As’ad bersedia mengirim seorang guru agama untuk memimpin masyarakat taniran, Abah Saleh yang saat itu merupakan lurah Kampung Taniran sangat gembira.
“Masyarakat Taniran merasa senang dan bersyukur, mereka akan memperoleh seorang pemimpin agama yang dapat meningkatkan keyakinan beragama dan meningkatkan amaliahnya,” tuturnya. Menggunakan perahu begiwas yang khusus didatangkan dari Taniran melalui Sungai Nagara (Daha) lengkap dengan awak perahu dan seorang juru mudi bernama Su Salum, masyarakat menjemput Datu Taniran ke Martapura Kabupaten Banjar.
![]() |
Penulis Blog Petunjuk999 |
Sebagai wujud kegembiraan dan rasa syukur masyarakat Taniran atas kesediaan Syekh Sa’duddin tinggal bersama, maka masyarakat Taniran menghibahkan sebidang tanah perkebunan kelapa dengan luasnya sekitar 10 borongan atau 28.900 meter persegi.“Lahan tersebut untuk tempat tinggal dan dijadikan komplek kegiatan belajar mengajar Syekh H Sa’duddin,” ucapnya.
Inilah awal bermula tempat pendidikan agama, atau basisnya dakwah Syekh H Sa’duddin yang setiap hari didatangi orang untuk belajar.“Selain masyarakat Taniran, juga banyak orang datang dari berbagai daerah di Hulu Sungai, seperti Barabai, Nagara, Amuntai dan lainnya,” katanya.
Berdasarkan catatan sejarah Datu Taniran berkhidmat sekitar 45 tahun di Kampung Taniran. Masa pengkhidmatan itu merupakan era kejayaan religius Kesultanan Banjar, yakni bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiq Billah antara 1825-1857 M.
Dari catatan sejarah Kesultanan Banjar, di masa Sultan Adam inilah terwujudnya Undang-Undang Syariat Islam yang dikenal dengan sebutan Undang-Undang Sultan Adam.
Di masa ini, penjajahan Belanda boleh dikatakan belum terjadi di Negeri Banjar, karena secara de facto Belanda baru berkuasa setelah mangkatnya Sultan Adam beriringan dengan menjelang wafatnya Datu Taniran.
![]() |
Abah Penulis Blog Petunjuk999 |
Sampai sekarang, masyarakat HSS dan sekitarnya tetap melaksanakan haulan Datu Taniran, dengan tujuan mengenang jasa-jasanya serta penghargaan dan terima kasih umat muslim. Berkat segala usaha dan kerja keras beliau, perkembangan Islam di daerah ini menyebar hingga ke pelosok desa.
Juga agar generasi muda sekarang mengetahui sejarah dan berharap meneruskan cita-cita dan dakwah beliau. Dalam catatan sejarah, perjuangan Datu Taniran mengemban tugas dakwah sesuai tuntunan zamannya yaitu abad ke 13 Hijriah atau ke 19 Masehi di kawasan Hulu Sungai Selatan yang sekarang di sebut wilayah Banua Anam.
Almarhum yang dimakamkan dikubah taniran ini bernama Haji Muhammad Thaib yang bergelar Haji Sa’duddin bin Haji Muhammad As’ad bin Puan Syarifah binti Al- alimul Allamah Syekh Haji Muhammad Arsyad Al-banjari.
![]() |
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari |
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah ulama besar Kalimantan , pengarang kitab Sabilal Muhtadin dan Kitab-kitab agama Islam lainya, yang dibaca dan menjadi pedoman dalam praktek hidup beragama Islam di Kalimantan, termasuk HSS. Jika pian-pian handak membaca Sejarah Singkat Al-Alimul Al-Allamah Al-Arif Billah Bahrul Ulum Al-Waliyullah Qutbul Akwan Asy-Syaikh As-Sayyidi Al-Habib Al- Mukaram Mawlana Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kelampayan).
Datu Taniran terkenal sebagai seorang ulama yang wara’, qana’ah, lemah lembut, pemurah, tawadhu, adil, kasih sayang, berani dalam menegakkan yang hak dan memberantas kebatilan. Beliau juga seorang ulama yang terkenal dengan tingkah laku yang menjadikan pelajaran kepada murid yang tanggap melihatnya (bilhal), sehingga bagi murid-muridnya yang selalu berada disampingnya serta banyak bergaul dengannya secara tidak langsung dapat memetik atau mengambilnya terus-menerus ilmu yang ia berikan.
Dalam ketelitiannya menjaga diri dan memelihara hal-hal yang dapat mengganggu atau merusak sifat-sifat terpuji (mahmudah) yang melekat pada dirinya, maka setiap kali beliau akan mandi, beliau tidak mau membuka bajunya, karena menjaga agar badannya jangan sampai terbuka sehingga auratnya tampak kelihatan orang lain. Karena itu apabila beliau mandi selalu dengan pakaiannya yang melekat pada badannya waktu itu.
Disamping itu, dalam kebiasaanya melaksanakan selamatan atau haul atau jamuan makan, maka setiap kali beliau membeli ayam atau kambing dan sebagainya, beliau tidak mau langsung menyembelihnya, namun beliau pelihara dulu beberapa waktu dengan memberi makanan atau umpan yang beliau sediakan sendiri sehingga ternak itu makanannya dijamin tidak memakan makanan yang mungkin memakan tumbuh-tumbuhan milik orang atau lainnya, selain itu beliau juga tidak mau membeli ayam atau itik di pasar melainkan di kampung-kampung, dalam arti kata langsung dari pemiliknya.
Demikian bilhal Haji Sa’duddin yang merupakan pelajaran yang sangat mahal nilai dan artinya dalam kita menjalani hidup dan kehidupan ini. Beliau adalah seorang ulama yang selalu menyukai khalwat sehingga jika ingin melihat atau bertemu dengannya hanyalah pada saat beliau mengajar atau shalat di masjid. Apalagi sejak kakaknya Mufti Haji Muhammad Arsyad berpulang ke Rahmatullah di Pagatan pada hari Sabtu, 23 Rabiul Awwal 1275 H. Maka Haji Sa’duddin lebih banyak menyendiri, dan khalwat dan jarang sekali ke Martapura, karena kakak yang selalu dikunjungi sudah tidak ada lagi.
Setelah membaca dengan seksama biografi atau sejarah singkat dari Datu Taniran, pastinya pembaca sangat penasaran dengan putra putri atau keturunan beliau, pastinyakan, apalagi Datu Taniran sangat tawadhu lebih lagi keturunan beliau, untuk Anak keturunan Datu Taniran bisa pian-pian baca dibawah ini :
Haji Sa’duddin (Datu Taniran) menikah di Amawang, Kandangan dengan Puan Halimah (Gelar Diyang Gunung) memperoleh enam orang anak, lima putera dan seorang puteri :
1. Aisyah
2. Muhammad Nashir
3. Haji Abdul Ghani
4. Haji Abdul Jalil
5. Haji Abdul Qadir
6. Haji Muhammad Sa’id
Kemudian beliau menikah lagi di Amuntai dengan Puan Angka dan mendapatkan lima orang anak, dua orang putera dan tiga orang puteri yakni :
1. Haji Muhammad Thaher
2. Zainab
3. Kamaliyyah
4. Haji Abdurrasyid
5. Hasanah
Apakah cuman sampai disitu kontribusi Datu Taniran untuk Islam ? dengan melahirkan dan membesarkan anak-anak dan keturunan yang menggantikan dan memperjuangkan agama islam ? sayang sekali ternyata tak sampai disitu saja sanak sabarataan karena sebelum wafat, Datu Taniran juga berhasil melahirkan ulama-ulama penerus yang tersebar di sekitar Hulu Sungai.
Dari sekian banyaknya murid-murid Datu Taniran yang tak dapat ulun tuliskan satu persatu, mungkin agar tetap bisa ditulis dan bukan mengurangi rasa hormat kepada murid-murid beliau yang lainnya, ulun tuliskan murid-murid beliau yang terkenal antara lain :
- Al-Mukarramah Tuan Guru Hjai Muhammad Thair (Datu Daha), makam keramat kubah dingin, Nagara, Kandangan. (Silahkan Baca Sejarah dan Cerita Datu Daha disini)
Al-Mukarramah Haji Muhammad Tahir mempunyai dua orang murid yang masyhur, yaitu : - Al Mukarram Tuan Guru Haji Abdurrahman Syarif, makam kramat Bagandi, Nagara, Kandangan
- Al-Mukarram Haji Muhamamd Sarasi, Nagara
- Al-Mukarramah Haji Ahmad Nawawi datuk dari Al-Mukarramah Tuan Guru Haji Muhamamd Aini (Guru Ayan), Pematang Karang, Rantau Kabupaten Tapin
- Al-Mukarram Tuan Guru Haji Muhammad Yusuf, Bamban, Kandangan
- Al-Mukarram Haji Abdul Kadir, samping Kubah Keramat Taniran
- Al-Mukarram Haji Muhamamd Said, makam Kubah Wasah Hilir Kecamatan Simpur Kandangan
- Al-Mukarram Haji Abdul Ghani, Makam Kubah Taniran
Dari hasil usaha dakwah beliau ini lahirlah, keturunan sesudah beliau, beberapa ulama yang terkenal, antara lain :
- Haji Abdullah Shiddiq bin Haji Muhammad Said bin Haji Sa’duddin
- Haji Ghazali bin Haji Muhammad Said bin Haji Sa’duddin
- Haji Muhammad Hanafiah bin Haji Abdul Ghani bin Haji Sa’duddin
- Haji Athailah bin Haji Abdul Qadir bin Haji Sa’duddin
Kurang lebih 45 tahun guru besar ini mencurahkan Darma Baktinya terhadap agama, bangsa dan umatnya, stelah berhasil mencetak ulama-ulama penerus yang tersebar di sekitar Hulu Sugnai tempo dahulu, pada tanggal 5 Shafar 1278 Hijriah atau sekitar 1858 Masehi, beliau berpulang ke Rahmatullah dalam usia lebih dari 1000 bulan atau sekitar 84 tahun.
Tiga hari menjelang kewafatan, beliau mencuci kain kafan, salah seorang sahabat beliau yang bernama Ninggal mengatakan bahwa tuan akan “Pulang”.
Menurut penuturan orang-orang tua di Kampung Taniran, pada waktu jenazah almarhum dishalatkan, banyak sekali orang turut melaksanakan dan di antaranya ada terlihat tiga orang yang cukup menarik perhatian, tetapi tidak seorangpun mengetahui dari mana mereka datang dan bagaimana cara mereka pergi setelah selesai shalat dan pemakaman tersebut.
Setelah pemakaman, berdatanganlah segala macam jenis burung dan selama tiga hari berturut-turut mengerumuni dahan dan ranting pepohonan di sekitar kubur Almarhum, seakan-akan turut memberikan ta’ziah dan menziarahi makam seorang mujahid dakwah, yang telah menunaikan tugasnya, seraya mengucapkan :
Selamat sejahtera atas seorang hamba yang baik sejak ia dilahrikan hingga ia wafat dan ketika nanti ia dibangkitkan kembali.
![]() |
Kubah Datu Taniran |
Tepat pada 5 Shafar 1278 Hijriah atau 1858 Masehi, Datu Taniran berpulang ke rahmatullah, dan dimakamkan di Desa Taniran.
Makam Datu Taniran pernah direhab pada tahun 1919. Banyaknya peziarah juga membuat makam kembali dipugar pada tahun 2000-an.“Mulai subuh biasanya sudah ramai warga ziarah sampai tengah malam,” pungkas H Muhammad Arsyad.
Didalam Makam Datu Taniran ada Piagam Isinya Kenang-Kenangan Kepada Ulama Islam
Piagam Kenang-kenangan kepada Seorang Oelama Islam
Pada hari kamis tanggal 17 Agaestoes 1961 djam 15.00 saja beserta Pembesar Sivil Militer, Kepolisian, Tokoh Masyarakat dan Para Oelama di Daerah ttoeloe Singai Selatan, berziarah di Makam ini, semata-mata centoek mengenang jas dan kewajiban oentock memimpin demat dan menegakkan agama Islam. fidah ini jang telah ditunaikan oleh seorang celama moedjahid Pedjoeng Islam
Almarhaem alalamah Hadji Sadocddin bin Al alamah Mati H.M.Asod bin Sjaripah bin Alalamah Syeh HM.Arsyad Kalampajan Dalam Pagar Martapura
Almarhoem dilahirkan pada tahan 1194 H. 1774 M.) di Dalam lagar Martapara kemaedian datang ke kampoeng Taniran atas permintaan pendordock Denbock mendjadi goeroe Agama pada tahan 1812 M. Sesoedah 45 tahoen Almarhoem menoenaikan baktinja dalam penjiaran Agama Islam di selaerach Moeloe Soengai, pada tanggal 5 Sjazar 1279 (1858 m) dalam aesia 84 tahoen beliaatber- palang kerahmatoelah dikompoeng ini, dan dimakamkan di tempat ini. Almarhoem dikenal sebagai oelama. Besar jang menghimpoen Ilmoe Sjariat dan Hakikat, Wara dan Zoehoed serta Tawaddoc. Beliaoe menolak centock diangkat menjadi Aloerti oleh Pemerintah Belanda.
Oelama Oelama islam di segenap pelosok Hoeloe Soengai hoesoesnja dan Kalienantan pada ocmoemnja. Sebagian besar odal bekas moerid olmar hoem dan dari keboeroenan almarhocm. maka lahirlah poela oclama-orlama Islam jang terkenal di daerah ini antora lain:
- HAbdocllah Siddia bin H.M. Said bin H. Sddoeddin
- H Mohd. Gazali bin tl Mohd. Said bin H. Sadoeddin
- H.Mohd Hanafiah bin tl.Abd Gani bin H. Sa'docddin
- H Ataillah bin M. Abd Qadir bis H. Sa'deeddin
Walace porn, Al marhoem telah lama pergi, tetapi diasa dan bekas oe saha jang telah diadjarkan oleh beliaos tetap hidorp dan mendjadi kenangan kita, perjocangan jang penuh Semangat. keikhlasan dan kebekonan almarhum mengembangkan Agama islam jang benar. Menocnaikan perintah Tuhan jang haa. Selama hajatnja dapat Mengilhami tatanan kehidupan masyarakać, dan Semota mendjadikan penoch kenangan bagi kita kemoedian.
Semoga Tochan mengampoeni dan menerima amal-amal kebajikan Almarhoem dan menempathenje didalam Socrganja Amien
Kandangan. 17 Agpes toes 1961 Bapati Kepala Daerah Tk. tarlor Soengai Selatan H. KASFOEL AMWAR. KH.
Jika pembaca ingin berziarah kemakam beliau silahkan Taniran Kubah, Kec. Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan 71291
Google Maps : -2.736948432469028, 115.27671462904426
Saat tulisan ini dibuat per tgl 07/05/2023 atau 17 syawal 1444 H maka sudah haulan ke 165 Tahun.
Makam salah satu ulama besar di kawasan Kandangan, Kalimantan Selatan. Beliau merupakan penyebar agama Islam di Banua Anam dan banyak mencetak murid-murid yang sangat alim.
BalasHapusMakam beliau selalu ramai dikunjungi umat muslim dari berbagai penjuru tanah air